Modus Autopilot

Rizal Fanany
2 min readFeb 13, 2021

--

Pernah gak ngerasain, perjalanan dari satu tempat ke tempat lain misalnya dari kos ke kampus, kos ke tempat magang, atau lainnya, terasa begitu cepat, terasa lewat begitu aja, terima sampe gitu aja bahkan tidak sadar bagaimana perjalanan tadi ? Terasa cepat dan tidak membekas, iya, dengan kata lain biasa aja (?)

Terkadang dalam menjalani alur hidup, kita seolah larut dalam arus kebiasaan. Untuk mempercepat aktivitas, kita terkadang memandang semua terlihat biasa, harus bergerak cepat, tanpa difikirkan, dan tanpa dihayati.

Setelah makan harus segera ke kampus, dikampus harus segera naik ke lantai 3, di lantai 3 harus mengerjakan tugas dari dosen A, beralih ke dosen B, terakhir harus pindah ke gedung lain. Dan seolah hari ke hari adalah tentang mengerjakan begitu banyak pekerjaan.

Tanpa sadar kita sedang terjebak dalam modus autopilot. Modus dimana kita tidak perlu susah payah memikirkan apa yang sedang kita kerjakan karena seolah semuanya harus dikerjakan dengan cepat dan tanpa difikirkan, karena yah ‘kita punya banyak hal yang harus dikerjakan’.

Jatuhnya kita kehilangan momen sakral saat penjual tempe tersenyum saat dua potong tempenya terjual, atau bayi kecil yang sedang meronta menolak suapan nasi ibunya atau anak SD yang sedang menangis memaksa ibunya untuk memberi libur sekolah hari ini.

Sadarkah?

Kita seolah terjebak, terlalu fokus pada hal-hal yang segera ingin diselesaikan. Naasnya, saat semuanya telah selesai. Banyak hal-hal terasa begitu biasa aja, serasa cepat, tidak terasa dan terlalu tidak membekas. Kita hilang dari kehadiran kita itu sendiri, kita hilang dari diri kita sendiri.

Hari demi hari hari, minggu demi minggu bahkan dapat berlalu dengan cepat, tanpa kesadaran, ingatan, ataupun penghayatan pada apa saja yang sudah dijalani selama itu. Bukan hanya ini menyebabkan kelelahan batin, tapi juga membuat hidup seolah itu-itu aja. Kita kehilangan momen-momen magis dalam banyak alur ini. Kita terhanyut dalam pikiran dan segala kesibukan

Salah satu cara mengatasinya, kita harus mengubah mode dari autopilot menjadi mindfulness, mindfulness means paying attention in a particular way: on purpose, in the present moment and non-judgmentally.

Sederhanya, menghadirkan diri secara utuh pada momen saat ini secara sadar, dan memberikan perhatian penuh pada diri dan lingkungan pada momen tersebut. Tidak perlu memikirkan tentang rencana ideal di masa depan, apalagi membandingkan dengan masa lalu.

Mindfulness berarti juga tanpa penilaian, tidak ada keharusan untuk memberikan penilaian bahwa momen itu adalah momen yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, baik atau buruk dari momen di masa lalu atau sesuatu yang diharapkan. Cukup nikmati momen magis pada saat itu juga, dan detik itu juga.

Saat semua momen terasa magis, hidup seolah banyak perspektifnya, banyak warnanya dan begitu menyenangkan.

It’s about allowing ourselves to see the present moment clearly. When we do that, it can positively change the way we see ourselves and our lives.

Sekarang ambil nafas dalam dalam, hembuskan secara perlahan.

Fikirkan saat ini dan didetik ini ketika kamu menuntaskan membaca tulisan ini, hanya itu saja.

Sudah ubah mode hari ini?

--

--