Aku Bisa Kok, Asal Jangan Disuruh Aja!

Rizal Fanany
3 min readFeb 13, 2021

--

Instagram emang udah jadi hiburan, apalagi konten lucu-lucuan, paling favorit dipencarian. Yah, lebih baik kan daripada konten ‘uwuw’ cecan dan cogan pacaran, sanggup membuat overthinking seharian. Kalau di sinetron adegan ini diwakili dengan cowok jomblo membanting HP sambil bilang ‘Bunuh Aku Sekarang!’

Kali ini aku kesasar pada video ibu yang menyuruh anak cowoknya untuk membantu pekerjaan rumah, si anak sih ‘iya-iya’ aja, tapi yah ogah-ogahan dikerjakannya. Namun suatu waktu si ibu pergi, dengan giatnya dia menyapu, mengepel, menyiram sampai kelihatan sanggup mencuci rumah, saking semangatnya. Di akhir video terdapat narasi singkat ‘aku dasarnya rajin kok, yang penting jangan disuruh aja’.

Aku pun setuju, aku sepakat kalau ‘aku bisa kok, yang penting jangan disuruh aja’. Bedanya tinggal jauh dari orangtua dan tinggal di kos seadanya membuatku terhindar dari suruhan menyapu rumah. Aku selalu klimbrak-klimbruk semaunya. Tapi itu bukan berarti tanpa masalah, mulai dari tugas kuliah, tugas buat karya ilmiah, sampai urusan harus ‘nanti malam makan apa yah?

Beberapa pekerjaan emang gampang banget untuk dikerjakan, ngerjainnya bisa sambil tiduran, terus kayang, sampai roll depan. Gampang banget pokoknya. tapi tugas lainnya, kerasa banget maksanya.

Dalam hidup emang gitu yah, beberapa masalah terasa begitu berat. Kalau sudah begitu, pasti muncul rasa untuk menghindari, prokastinasi yang begitu menggoda hati.

Tapi yah, cuma satu solusinya: Selesaikan (Yah, nenek-nenek kayang juga tau), tapi ini bukan perkara gampang. Masalah berat lebih sulit untuk dihadapi. Namun sekali lagi, menerima dan menghadapi masalah adalah satu satunya solusi, sederhana, namun tidak bisa dipungkiri, hal itu tidak mudah.

Tidak dipungkiri, saat menghadapi tugas yang melelahkan. Aku sering menjadikan diri sebagai korban. ‘ini emang dosennya aja yang gak manusiawi’, kataku. Kalau bukan karena malu, mungkin setelahnya cepet-cepet update status WA, background hitam, dengan tulisan warna putih, “LELAH”. Biar kemudian di respon, ‘kamu gak papa?’

Setelahnya memang tugas tetep selesai, tapi karena harus jadinya pekerjaan lebih susah dan lama diselesaikan. Emang ‘harus’ dan ‘mau’ jadi penting kalau soal menghadapi masalah, energinya beda. Ketika menggunakan ‘mau’ energi jadi lebih banyak, pekerjaan lebih mudah dan cepat selesai.

Lantas bagaimana agar kita ‘mau’ setiap masalah datang kepada kita?

Aku temukan saat membaca. katanya ‘kamu harus memikirkan bahwa masalah adalah sebuah tantangan yang seru yang bisa dimenangkan’. Dengannya alih-alih merasa tertekan, kita malah merasa ada tantangan yang harus dimenangkan, ada ‘mau’ yang harus segera diselesaikan.

Eric Backer mengatakan, “anggap saja masalah adalah permainan, pikirkan bahwa dia bisa dimenangkan (Winnable), merupakan tantangan baru yang seru (Novel), terus mengingat apa yang kita tuju (Goal), dan umpan balik seperti kebahagiaan yang akan kita peroleh (Feedback). Prinsip WNFG Eric Backer.

Kalau kata Mark manson yang tiba-tiba menepuk pundakku dan berkata “Sebenarnya dalam hidup hal yang paling penting untuk difikirkan adalah bukan apa yang ingin Anda raih, tapi rasa sakit apa yang Anda inginkan dalam hidup Anda? Apa yang membuat Anda rela berjuang? Itu pertanyaan yang lebih menarik.

‘Eh’, kataku heran.

Freud tetiba menyapaku dan berkata “Suatu hari, ketika kita mengingat masa lalu, tahun-tahun yang penuh jerih payah akan berubah menjadi tahun-tahun paling indah”. Aku pun memandangnya dan berkata “Freud kau benar dan itu menyebalkan”.

Udah cukup kayaknya, takut tulisan ini jadi tulisan motivasi. niatnya sih buat surat untuk hati. Nanti, ‘kalau kamu sudah terlalu tua dan masalahmu udah segede gajah’, ingetyah! Kamu bisa kok asal kamu mau, kamu mau karena kamu tau apa yang kamu tuju, kamu mau karena emang ‘kamu bisa kok, asal jangan merasa ditekan aja’.

--

--